Selasa, 20 September 2011

Citizen Journalism / Jurnalisme Warga

Pembicara : Agus Sudibyo (Dewan Pers)


Apa itu jurnalisme warga? Mungkin akhir-akhir ini istilah tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Jurnalisme warga adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis, serta penyampaian informasi dan berita. Jadi warga tidak lagi hanya menjadi penonton melainkan menjadi peserta aktif dalam diskusi dan problem solving di ruang publik media.

Model pewartaan seperti ini semakin berkembang di Indonesia dan mendapat sambutan baik dari masyarakat. Hal tersebut antara lain disebabkan karena kemajuan internet yang pesat, seperti adanya jaringan sosial facebook, twitter, chatroom, youtube, dan banyak lainnya. Dengan adanya fasilitas seperti itu warga dapat menyalurkan apa pendapat dan aspirasi mereka. Selain itu kemajuan teknologi juga membuat jurnalisme warga semakin mudah dilakukan. Dengan modal handphone berkamera dan bisa merekam, mereka bisa membuat suatu berita.
Salah satu  bentuk dukungan untuk jurnalisme warga yang dilakukan oleh surat kabar Republika

Kenapa jurnalisme warga ini bisa begitu berkembang? Hal tersebut disebabkan karena adanya paradoks komunikasi massa, dimana komunikasi massa seharusnya melibatkan semua orang untuk dapat menjadi komunikator. Namun faktanya, beberapa media massa seperti TV dan media cetak hanya melakukan komunikasi satu arah, masyarakat hanya menjadi penonton pasif yang tidak dapat memberikan respon. Selain itu media mengatur agenda setting sesuai dengan keinginannya, padahal seharusnya ia mengatur sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal itulah yang akhirnya menyebabkan jurnalisme warga semakin berkembang, dimana warga ingin menyampaikan suatu peristiwa seakurat dan selengkap mungkin, tanpa dibatasi oleh media.

Selain memiliki banyak sisi positif, jurnalisme warga juga memiliki sisi negatif. Dengan berkembangnya jurnalisme warga di Indonesia membuat berita semakin mudah dan cepat disebarkan ke masyarakat luas. Yang menjadi masalah apakah berita-berita tersebut sudah memenuhi kode etik jurnalistik dan nilai-nilai berita? Faktanya adalah seringkali pelaku jurnalisme warga belum menguasai nilai-nilai berita, etika jurnalistik dan prinsip ruang publik media. Kasus lain yang seringkali terjadi dalam jurnalisme warga ini adalah mayoritas pemberitaan hanya satu sisi, tidak berimbang, dan tidak ada konfirmasi serta cenderung menghakimi objek berita. Selain itu media online menggunakan prinsip follow up news, dimana konfirmasi narasumber dapat ditunda pada berita selanjutnya, karena mereka mementingkan kecepatan berita.

Oleh karena itu ada baiknya apabila pelaku jurnalisme warga memahami bahwa:
Ø  Media adalah ruang publik sosial dengan nilai-nilai baku (nilai berita dan kode etik jurnalistik).
Ø  Profesi jurnalis bukan profesi sembarangan yang dapat dilakukan secara serampangan.
Ø  Berita berbeda dengan informasi satu sisi, gosip, atau prasangka.

Dengan memahami hal-hal tersebut tentu kedepannya akan tercipta jurnalisme warga yang handal, memahami nilai-nilai berita serta sesuai dengan kode etik jurnalistik. Mari kita kembangkan jurnalisme warga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar